Kamis, 18 Februari 2016

Bocah Ndeso Itu Jadi Dubes RI untuk Kerajaan Saudi (1)

Dubes RI untuk Saudi Arabia dan OKI Agus Maftuh Abegebriel beserta keluarga
 menerima doa dari kiai, guru dan para sahabatnya. (Foto: Erwan
’WAKTU nganter Mbak Luluk acara manten ke rumah Mas Agus di Gondoliyo (Ungaran) dulu, sampai ada guyonan ‘Nggak salah ya jalannya ini?’ Soalnya, kondisi jalannya jelek, di tengah alas. Watune gak karu-karuan. Beda jauh dengan rumah saya yang di Madura sana, meski sama-sama ndeso,’’ ungkap KH Malik Madany.

Mantan Khatib Syuriah PBNU itu menggambarkan betapa ndeso-nya asal Agus Maftuh. Malik menyampaikan kisah masa lalu Agus Maftuh Abegebriel tersebut, dalam acara Doa Kolektif Pengantar Tugas untuk Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Saudi Arabia dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Senin (15/2) malam. Agus Maftuh, mantan mahasiswanya itu, kini dipercaya oleh pemerintahan Jokowi menjadi duta besar. Dan malam itu, Agus Maftuh mengundang para kiai, guru, mursyid, sahabat dan mahasiswanya untuk mendoakan dirinya.


Tampak hadir pada malam itu para kiai dari Ponpes Sarang, dari Futhuhiyah Pati, dari Tegalrejo Magelang. Hadir pula Walikota Yogya Haryadi Suyuti dan isteri, Rektor UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. Muhibbin, Prof. Dr. Purwo Santosa dan Dr. Abdul Gaffar Karim (dosen Fisipol UGM). Acara yang digelar di Gedung Multipurpose UIN Sunan Kalijaga, Yogya ini pun menjadi ajang reuni penuh doa bagi sahibul bait, Agus Maftuh dan keluarga.

Malik Madany adalah dosen saat Agus Maftuh menjadi mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang UIN Suka). Agus Maftuh menyunting Luluk Muniroh yang juga mahasiswi IAIN Sunan Kalijaga. Malik Madany sudah dianggap sebagai orangtua sendiri oleh Agus Maftuh. Karena itulah, Malik Madany menjadi salah satu kiai atau guru yang diminta hadir dan mendoakan Agus Maftuh.

‘’Mas Agus Maftuh ini bocah ndeso tapi cerdas. Bocah ndeso yang mengalami mobilitas vertikal. Dan saya sangat setuju yang dilakukannya malam ini. Bukan syukuran tapi doa mengantar tugas. Jabatan sebagai duta besar itu sesuatu yang harus disyukuri. Jabatan itu bukan sesuatu yang harus disambut dengan syukuran. Tugas itu amanat. Dan amanat itu sesuatu yang harus diwaspadai. Karena, amanat ini akan kita pertanggungjawabkan saat kiamat nanti,’’ tambah pria asal Bangkalan ini.

Karena sudah dianggap sebagai orangtua, Malik Madany bisa leluasa “nyelenthik’’ Agus Maftuh. ‘’Salah satu kelemahan Mas Agus ini adalah orangnya liar tak terkendali. Seperti kuda binal. Nendang sana, nendang sini. Nah, sebagai duta besar, ini salah satu yang harus dikendalikan, direm. Dubes tentu tidak bisa seperti kuda liar karena mewakili negara,’’ pesan Malik Madany. Agus Maftuh tampak manggut-manggut mendapat pesan seperti itu.

Tidak ada komentar: