JEDDAH - Pagi itu, Ahad, 15 November 2015, aku tengah sibuk memanggil dengan suara lantang dibantu sejumlah teman LSM, satu-persatu para WNI-Tak Berdokumen atau yang lebih dikenal dengan istilah WNI Overstayer atau WNIO. Mereka adalah rombongan sebanyak 2 bus yang akan diberangkatkan menuju Tarhil di Syumaisi untuk menjalani pengambilan sidik jari dalam rangka pengurusan exit atau ijin keluar dari Arab Saudi dan pulang ke Tanah Air.
Tiba-tiba saja dengan suara lirih, seorang ibu yang menggendong balita dengan dua bocah kecil di kanan kirinya mendekatiku.
"Pak, benar ini pemulangan gratis?" Tanyanya dengan suara terbata-bata.
"Betul Bu. Memang kenapa? Tanyaku balik.
"Saya kok disuruh bayar Pak," tuturnya.
"Bayar sama siapa Bu?" Tanyaku lagi.
"Sama itu tuh. Itu yang ada di kursi roda," terang ibu itu sambil menunjuk seorang ibu tua yang tengah didorong oleh seorang di kursi roda menuju bus yang akan membawanya ke Tarhil.
"Ternyata dia ikut pemulangan ini juga," lanjut ibu itu dengan nada kesal karena merasa tertipu.
"Sssttt...! Mari bu, ikut saya," bisikku ke ibu itu.
Sontak Ibu itu beranjak dari kerumunan massa WNIO yang berada di sudut halaman kantor KJRI Jeddah, sambil memegangi tangan kedua anaknya yang masih kecil. Kupersilakan dia masuk ke ruanganku agar tidak ada yang curiga, dan bisa bercerita bebas tanpa rasa sungkan dan takut.
"Bagaimana ceritanya Bu?" lanjutku penasaran.
"Tadinya saya dari Mekkah, mau tanya-tanya. Mau ikut pulang. Terus si ibu itu bilang, ya ikut saya aja, yang bayar biar cepat pulang. Kata saya berapa bayarnya Bu. Dia bilang 2 ribu satu orang, 5 orang dianggap 3 tiket, jadi 6 ribu, tambah ngasih orang safarah 2 ribu. Jadi semuanya 8 ribu," terangnya sambil mengayun-ngayunkan bayi yang tengah lelap di pangkuannya.
"Saya udah gak punya duit lagi pak. Saya kasih dia (ibu tua) semua," tutur ibu itu dengan perasaan sangat kecewa, sambil menepuk-nepuk bayinya.
"Oke Bu, tunggu di sini, jangan ke mana-mana," pintaku.
Aku bergegas mencari Bapak FA, salah satu PF Konsuler di KJRI Jeddah, untuk ikut membantu mengungkap praktik haram ini.
Pak FA kemudian mengambil alih kendali "penyidikan" ini, semantara aku segera keluar ruangan mencari ibu tua yang diduga kuat sebagai pelaku penipuan kepada ibu malang itu.
"Berhenti Mas," teriakku kepada lelaki yang tengah mendorong ibu tua yang belakangan terungkap memiliki nama berinisial Khxxxxx.
Aku ambil lembar SPLPnya dan segera meminta bantuan seorang teman untuk membawa ibu itu ke ruanganku.
Setibanya di ruanganku, ibu tua itu mendadak lemas dan tidak mampu berkata apa-apa di hadapan Pak FA dan ibu yang menjadi korban. Aku menduga ibu itu sudah merasa bahwa ia akan ditanya-tanya seputar beberapa lembar uang riyal pecahan 500-an itu yang ia ambil secara tidak halal. Ibu tua itu merasa terpojok dan tidak bisa mengelak, pasalnya ibu korban "menelanjangi" habis-habisan kelakuan ibu tua yang tak terpuji itu.
Siapa sangka seorang ibu tua dengan tongkat di tangannya karena tidak mampu berjalan dan harus ditandu dengan kursi roda, begitu tega "memakan" saudara senasib yang sama-sama tengah mengharapkan bantuan agar bisa pulang dengan tenang ke kampung halaman.
"Apa dasarnya ibu minta uang 8 ribu dari ibu ini?" selidik Pak FA.
"Disuruh pak Ahxxx. Katanya kalau ingin cepat, beli tiket sendiri, 1 orang 2 ribu. 2 ribu buat orang safarah," jawab itu tua itu lirih.
"Terus, orang safarahnya itu siapa?" tanya Pak FA lagi.
"Nggak tau. Itu kata Pak Ahxxx," jawab ibu tua yang terlihat lesu tak bertenaga.
"Sudah berapa orang bu, yang bayar ke ibu," tanyak Pak FA dengan penuh selidik.
Ibu itu tidak menjawab, cuma menggeleng-gelengkan kepala.
"Ibu kenal di mana dengan ibu ini?" tanya Pak FA sambil menunjuk ke arah korban yang duduk di sampingnya.
"Di sini," jawabnya singkat. Maksudnya ia mengenal korban di kantor KJRI Jeddah ketika sama-sama ikut mendaftarkan diri ikut program pemulangan gratis oleh pemerintah.
"Sudah, begini aja bu. Uang itu sekarang ada di mana?" tanya Pak FA.
"Ada. Belum saya setor ke Pak Ahxxx," jawabnya.
"Ada di mana, Bu?" tanya Pak FA lagi, kali ini dengan nada tinggi.
"Di rumah," jawab ibu itu pendek.
"Begini aja Bu. Ibu tidak akan kami bawa ke Tarhil sebelum ibu kembalikan uang itu ke ibu ini (korban). Bahkan ibu bisa dipenjarakan atas dakwaan tindak pidana penipuan gara-gara ini," ucap Pak FA.
Perlahan-lahan dengan tangan gemetar, sang ibu tua membuka tas berwarna putih. Sepintas terlihat tas itu terbuat dari kulit dan mungkin bukan tas murahan. Ia lalu mengeluarkan amplop berwarna hijau muda terlipat, dan menarik uang riyal pecahan 500-an sebanyak 12 lembar. Uang itu kemudian diserahkannya ke korban. Jumlahnya 6 ribu riyal.
"Sisanya ke mana Bu?" tanya Pak FA.
"Saya pake berobat Pak," jawabnya.
Sumber: Sebagaimana dituturkan seorang petugas, berdasarkan hasil rekaman hasil pemeriksaan
----------------------
Inilah sepenggal peristiwa nyata yang ikut mewarnai kegiatan program pemulangan GRATIS oleh pemerintah RI. Di balik misi mulia pemerintah bekerja sama dengan sejumlah ormas dan LSM setempat, masih saja ada oknum atau pihak-pihak yang berusaha mengeruk keuntungan dari sedara sesama yang tengah dilanda kesusahan untuk pulang dan membutuhkan pertolongan.
Masih terdapat beberapa temuan yang kini masih tengah diselidiki kebernarannya sebelum diuangkap ke publik.
Sekedar untuk diketahui oleh semua pihak, pemerintah melalui KJRI Jeddah terus secara konsisten membantu proses pemulangan baik melalui tarhil, pemulangan secara mandiri bagi yang ber-visa umrah dan ziarah yang melebihi batas izin tinggal, maupun yang pemulangan gratis yang difasilitasi oleh pemerintah.
DALAM OKTOBER 2015 SAJA TERCATAT SEBANYAK 1.213 ORANG TELAH DIDEPORTASI MELALUI TARHIL SYUMAISI, DAN SELAMA PERIODE JANUARI-OKTOBER 2015, TOTAL WNIO YANG DIPULANGKAN DARI ARAB SAUDI VIA TARHIL SYUMAISI BERJUMLAH 10.318 ORANG.
Sementara itu, TAHAP PERTAMA PROGRAM PEMULANGAN GRATIS oleh pemerintah tercatat sebanyak 47 orang. TAHAP KEDUA, telah diterbangkan dari Arab Saudi pada hari Selasa, tanggal 10 November sebanyak 450 orang yang terdiri dari penumpang dewasa dan anak-anak, menggunakan dua pesawat sekaligus yaitu pesawat khusus AirAsia Extra (IAAX) XT 2994 dan pesawat Emirates EK 356.
Atas semua itu, kami mengajak semua pihak agar kerja sama baik, saling membahu-membantu sesama yang telah terjalin dengan baik selama ini, jangan sampai dikotori oleh praktik-praktik tidak terpuji, membuat saudara-saudara yang sudah susah tambah susah.
DAN untuk Saudara-saudara yang tidak berdokumen resmi di Arab Saudi dan berniat pulang, diimbau agar waspada terhadap bujuk-rayu oknum yang berusaha memungut bayaran dengan mengatasnamakan petugas KJRI Jeddah atau safarah.
KJRI Jeddah sekali lagi menegaskan bahwa pemulangan ini GRATIS. Semua biaya ditanggung oleh pemerintah.
Jadi, waspadalah! Waspadalah! Waspadah!
Seraya berdoa semoga Allah SWT melindungi kita semua dari segala makhlukNYA yang berniat jahat kepada kita. Amiiin Yaa Rabbal Alamin
Salam Persaudaraan untuk kita semua,
Admin
Foto Pensosbud Kjri.